Halaman

Jumat, 26 November 2010

Untuk Kakak-Qu Yang TerCinta

       Alhamdulillah, aku adalah seorang lelaki yang di lahirkan dari keluarga bekecukupan. Sejak keci aku dan keenam saudaraku dididik dalam suasana keluarga yang harmonis.
       Aku memilki seorang kakak laki, Umur kami tidak terlalu berbeda, hanya selang tiga tahun. Terkadang waktu kecil, orang-orang selalu mengatakan kami kembar. Ukuran tubuh kami memang tidak jauh berbeda. Tapi, sepertinya bukan itu yang membuat orang mengatakan kami kembar, melainkan baju kami selalu sama, tas, sepatu dan sebagainya.
       Ibu selalu menyamakan kami dalam hal penampilan bukanlah tanpa alasan, tapi dikarenakan aku yang selau cemburu. Barang yang ia miliki, harus juga aku miliki. Sehingga ibu lebih memilih tidak membeli sesuatu barang jika barang itu tidak ada kembarnya daripada melihat kami bertengkar.
       Pertengkaran diantara kami hampir selalu terjadi tiap hari, dan yang sering menjadi korban adalah kakaqu. Terkadang aku tidak segan-segan berlaku kasar padanya, memukulnya hingga membuatnya menangis, padahal ia seorang yang lembut dan terkadang lebih memilih mengalah.
       Keluargaku sudah bergantian menasehatiku. Tapi tetap saja pertengkaran itu tidak bisa dielakkan. bahkan sampai kami tumbuh menjadi remaja. Jujur saja aku merasa menyesal, ada rasa bersalah dan sedih melihatnya terbaring sakit. Tapi tetap saja egokulebih mendominasi dan menjadikanku lebih memilih diam dan acuh padanya daripada memperhatikan apalagi meminta maaf. aku paling alergi untuk mengucapkan kata maaf kepada orang lain, meskipun sudah nyata akulah yang bersalah. Sungguh aku tidak tahu, mengapa aku menjadi seegois dan sekasar itu? Apalagi pada kakakqu sendiri.
       Hingga pada suatu hari, kami sekeluarga pergi menjenguk nenek di kampung. Nenek bertanya kepada ibu apakah kami masih bertengkar? ibu pun mengiyakan. Nenek hanya tersenyum sambil berkata bahwa suatu saat nanti kami akan menyesal karna menghabiskan waktu kebersamaan kami dengan pertengkaran, padahal suatu saat nanti disaat kami beranjak dewasa, kami akan berpisah, apalagi nanti setelah kami menikah.
       Tiba-tiba aku merasakan untuk pertama kalinya nasihat itu merasuk kedalam hatiku. Aku mulai merasa berfikir dan membayangkan, bagaimana suatu saat nanti kami di pisahkan? Selama ini, meskipun kami selalu bertengkar, tapi kami tidak pernah dipisahkan untuk waktu yang lama. Jika pulang kerumah orang yang pertama kutanyakan adalah dia, jika aku tidak menemukan wajahnya. jika aku sedang mengalami masalah, tempat pertama kali aku bercerita pasti padanya, pada kakakqu. jika ingin tidur, maka yang ada didekatku adalah dia, kakakqu. Jika aku sedang ngambek, orang yang merayuku pasti dia....
      Setelah hari itu , pertengkaran diantara kami pun mulai berkurang, tidak selalu sering. Meskipun masih terjadi, tapi aku sudah bisa lebih menahan diri untuk tidak adu fisik.
      Hingga suatu hari...., kami terpaksa benar-benar harus berpisah. setelah lulus dari STM. Kami kuliah di dua kota berbeda, dengan jarak yang lumayan jauh. Rasanya ada yang hilang. Setiap kali aku jalan-jalan dan melihat ada pernik-pernik yang bewarna coklat, aku pasti mengingatnya karna itu warna kulitnya. he3X... ^_^ Namun tak lama kemudian, rasa kehilangan itupun berganti dengan perasaan biasa-biasa saja. apalagi aku mulai menikmati hidup sendiri di kos-qu, aku merasa bebas untuk melakukan apa saja yang aku mau, tidak ada yang berhak untuk melarang.
      Akan tetapi, perasaan bebas itu tak berlangsung lama, berganti dengan rasa bosan. aku mulai mencari aktivitas-aktivitas baru.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar